Pages

Jumat, 26 November 2010

Dimanakah Ilmu dan Kemuliaannya?

Bagikan :

Menuntut ilmu hingga ke negeri Cina, kemudian menuntut kemuliaan ilmu hingga ke dalam hati ...

Saudaraku tercinta ...

Banyak orang telah memahami betul sabda Nabi tentang pentingnya menuntut ilmu. Tentang berharganya hidup dengan hiasan ilmu yang sanggup meninggikan derajat dan harga diri siapapun yang memilikinya. Karena itu tak mengherankan jika begitu banyak orang berbondong-bondong meraihnya. Pusat-pusat keilmuan menjadi tempat paling favorit yang semarak dengan riuh rendah kajian, diskusi, penelitian, penulisan, dan tradisi-tradisi keilmuan lainnya.

Ilmu juga telah menjadi 'harta karun' bak pundi-pundi emas, begitu berharga dan menarik hasrat untuk diburu. Dimana ilmu dicetak, disitulah 'semut-semut' laskar pemburu ilmu siap merapat untuk mengumpulkan remah-remah ilmu yang berserakan. Tak peduli laut harus diseberangi, selama mercu suar ilmu masih tampak dari seberang lautan dan punya secuil keberanian melawan badai lautan, dahaga keilmuan tetap mendidih dan tak akan pernah mati di titik ketakutan. Resiko apapun diabaikan. Yang ada di pikiran hanyalah bagaimana menjadi ilmuwan dan ulama.

Dan Tuhan tahu itu. Maka oleh-Nya diciptakanlah beberapa area di belahan dunia ini sebagai inkubator ilmu. Tempat bertunasnya ilmu-ilmu. Tujuannya agar semua makhluk, terutama manusia, bisa menjamah dan menjelajahinya begitu ilmu-ilmu itu tumbuh dan berkembang. Maka jadilah "tanah para leluhur peradaban" lengkap dengan khazanahnya masing-masing seperti negeri ummuddunya Mesir, anak benua India, hingga daratan Cina dan imperium filsafat Yunani. Hingga kita juga mengenal masa-masa kemunculan zaman keemasan Baghdad di jazirah Arab dan Persia, hingga revolusi industri di masa renaissance Eropa Barat dan Amerika. Semuanya ada demi optimisme perkembangan ilmu dari masa ke masa.

Tetapi apakah sesungguhnya yang dicari? Benarkah semata-mata murni ilmu an sich?

Tentu saja, jika kita melihat ke dalam hakikatnya, sesungguhnya yang dicari bukanlah ilmu itu sendiri. Ilmu hanyalah "sasaran antara". Yang kita cari sebenarnya adalah kemuliaan hidup karena ilmu. Kemuliaan inilah "harga" yang kita terima tak lama setelah kita berhasil menguasai ilmu yang kita kejar selama ini.

Saudaraku tercinta,

Ratusan mil kita tempuh untuk menuju pusat-pusat keilmuan. Ratusan lembar rupiah lepas demi membiayai pencarian ini, lengkap dengan campur aduk dan haru birunya perasaan. Tetapi sesungguhnya kemuliaan ilmu itu tak jauh dari diri kita. Kemuliaan ilmu ada di dalam hati kita sendiri. Begitu tak berjaraknya dengan kita. Mengapa? Karena hati-lah yang amat berperan melekatkan kita dengan kemuliaan ilmu.

Kita tahu mau diapakan ilmu yang kita miliki. Ilmu yang kita dapatkan langsung meresap ke dalam jiwa dan karakter kita. Dan kemudian ilmu tersebut digunakan untuk kepentingan maslahat alias kebaikan yang bisa dirasakan bersama orang lain.

Ilmu dan hati manusia adalah sumber kemuliaan. Karena ilmu, keimanan dan harga diri kita terangkat. Karena ilmu juga, perilaku dan tutur kata kita terjaga. Steril dari noda dosa dan kemungkinan-kemungkinan terburuk. Kita dikenal tidak hanya sebagai ahli, pakar, tokoh penting, yang selalu ditunggu-tunggu kehadiran dan keilmuannya. Tapi juga ditunggu juga prinsip, integritas, dan akhlakul karimah yang menjadi ciri khas seorang berilmu untuk dapat diteladani.

Mari kita raih kesempatan sebanyak mungkin kemudahan mencari ilmu. Setelah itu digunakan baik-baik, dimanapun dan kapanpun. Maka selanjutnya kemuliaan hidup akan datang dengan sendirinya.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com