Pages

Kamis, 04 November 2010

Zona Kelembutan

Bagikan :

Tuhan saja menasihati kita dengan KELEMBUTAN, mengancam dengan KEINDAHAN KATA-KATA. Lalu mengapa kita tidak ??

Saudaraku tercinta ...

Apa yang akan kita pikirkan jika ternyata selama ini kesadaran kita belum sepenuhnya mencapai titik kesadaran yang utuh? Menyadari yang bukan berarti sekedar melihat dengan indera mata kita, tetapi lebih dari itu. Menyatukan kesadaran penuh dengan mengangkat seluruh panca indera bekerja menangkap gejala dan fenomena apa saja yang terjadi di sekitar kita. Ternyata dunia ini penuh dengan keindahan yang acap kita abaikan. Terlupakan karena kita lebih menyeriusi logika dan tindakan sendiri. Terhalang oleh banyak pandangan yang mengharuskan kita menoleh ke arah lain.

Lalu dimanakan keindahan itu?? Mari kita kalkulasi satu per satu.

Di mulai dari yang paling tinggi, Tuhan itu sendiri. Tidak perlu ditanya lagi siapakah DIA, dimana DIA. Dia adalah DIA, dan selamanya tetaplah menjadi DIA, Tuhan Sang Prima Causa. Dengan kekuasaan yang tak terbatas dan maha luas, Tuhan pantas untuk 'angkuh', 'sombong', berbuat semaunya, bersikap apapun yang diinginkan. Bahkan untuk 'memfirmankan' bencana sekalipun. Namun begitu, tanpa sungkan-sungkan DIA justru mengikrarkan diri-Nya Al-Lathif, Maha Halus, Maha Lembut. Berdampingan dengan sifat-sifat lain-Nya yang agak 'ekstrem', seperti Maha Sombong (Al-Mutakabbir), Maha Kuasa (Al-Qadir), atau Maha Perkasa (Al-Jabbar). Ia sesungguhnya tak membutuhkan siapapun, bahkan atas penghormatan dan pemuliaan dari makhluk manapun. Ia al-Ghaniyy, Maha Kaya. DIA juga tak perih hati jika di'dosa'kan, dan mungkin hanya akan 'tersenyum' menyaksikan gerombolan makhluk dengan setumpuk permohonan pahala. Dan hanya cukup dijawab-Nya dengan gaya mysterious language agar manusia punya 'kerjaan' dan bahan belajar. Tidak mesti grusa-grusu, cukup disikapi apa adanya dengan ketenangan sesuai sifat-Nya.

Begitu pula dengan seluruh nabi dan rasul-Nya. Mereka dibekali sifat-sifat kelembutan. Bahkan di antaranya terdapat sosok-sosok mulia yang kelembutannya tergolong "ekstrem". Di luar akal sehat. Lihat saja para nabi seperti Musa, Ibrahim, Isa, Nuh, dan Muhammad. Mereka pantas digelari ulul azmi karena kesabaran dan keluhuran budi mereka yang begitu tinggi. Merekalah "teknokrat hati ikhlas". Mendapatkan ujian yang sangat berat, namun tetap tabah dan tidak sedikitpun memperturutkan ego, apalagi terjebak dalam 'anarkhi'. Tuhan amat sangat tahu siapa yang pantas dipilih menjadi utusan-Nya.

Kitab sucinya pun menggunakan bahasa yang luar biasa lembut. Bahkan bahasa ancaman sekalipun disusun "Sang Penulis" dengan sedemikian halusnya. Sehingga kalimat ancaman tak terkesan menakutkan, tapi tetap inspiratif, mampu menggedor kesadaran siapapun yang membacanya. Menjangkau lubuk hati yang paling misterius. Janji-janji dibahasakan tanpa muluk-muluk, meski tegas.

Subhanallah
, Maha Suci dan Agungnya Engkau, Tuhan. Ternyata Engkau sudi menghiasi hidup ini dengan sketsa-sketsa yang sangat indah. Demi bisa kita rasakan dan nikmati. Demi apa yang akan --dengan 'lancangnya'-- kita anggap sebagai milik kita sepenuhnya. Hingga IA sampai-sampai membiarkan alam semesta yang kita tinggali ini begitu gemulai menjamu kita, seolah-olah kita-lah "Sang Raja" yang pantas dihormati, layak dilayani, dan semestinya disediakan segala macam kebutuhan. DIA lagi-lagi hanya menunggu saat yang tepat 'mengancam' dan kemudian 'menghukum' kita atas segala kelalaian memberi derita kepada alam semesta ini, kepada bumi dan kehidupan yang selalu kita susahkan dengan tindakan berlebihan.

Itulah keindahan yang dimaksud, keindahan yang terekam dalam kelembutan multi-sektor, multi-dimensi, sebagai titah dan titipan Tuhan di muka bumi ini. Hal yang dapat membuktikan bahwa kita, ummat manusia, sesungguhnya sudah berada di di template yang sudah sangat tepat, dan amat nyaman. Yaitu sistem kehidupan yang sangat halus lengkap dengan serat-serat pembuluh kedamaian yang menjuntai membentuk siklus dan harmoni sesuai fungsi masing-masing. Zona kelembutan penuh persahabatan yang menopang sisi karakter manusia yang sesungguhnya sangat lemah baik fisik maupun psikis. Kita adalah makhluk yang rentan dari kekhilafan ego, dan itulah alasan mengapa Tuhan mengajari kita kelembutan dengan berbagai macam cara.

Tapi kita lupa melakukan hal yang sama ...

Kamis, 4 November 2010


0 komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com