Pages

Kamis, 11 November 2010

Persahabatan Abadi Kehidupan dan Kesuksesan

Bagikan :

Jika kita meyakini ADA HIDUP SESUDAH MATI, maka pastikan kita pun meyakini ADA KESUKSESAN SETELAH KEGAGALAN.

Saudaraku tercinta,

Pernah gagal mencapai sesuatu? Pernah jatuh saat melangkah?

Jika pernah, maka bersyukurlah kita. Kenapa? Karena memang itulah fitrah dasar manusia : "hidup untuk belajar". Artinya jika mau hidup, belajarlah. Atau hidup akan berarti jika belajar. Tak salah jika 'belajar' diletakkan sangat penting sebagai prosedur manusiawi dengan derajat yang tinggi. Silahkan utak-atik kitab suci kita atau sabda para rasul, niscaya akan mudah kita temukan ucapan-ucapan penegasnya.

Secara kodrati, kehidupan ini sebenarnya bukan seperti 'hidangan siap saji' (instant & fast food). Hari ini kita menginginkan, hari ini juga abrakadabra langsung tersedia. Tidak. Tetapi Tuhan hanya menyediakan bahan mentahnya, dan manusia diwajibkan untuk mengolah dan menjadikannya 'sesuatu'. Dibutuhkan sentuhan akal pikiran, nilai kreatif, dan elan vital atau semangat bergerak melayani tantangan alam.

Karena itu kegagalan itu tak ubahnya pemberian 'beasiswa' Tuhan kepada kita. Sepertinya kita sedang mengikuti program 'sertifikasi' kehambaan level tinggi lewat assessment langsung Tuhan melalui penderitaan (sufferings point), kekecewaan, dan berbagai perasaan lainnya. Tuhan ternyata amat sangat sayang kepada kita dengan meluaskan pandangan, pengetahuan, dan inspirasi kita dari materi kegagalan tersebut dan dijadikannya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Melalui kegagalan tersebut, terbukalah lebar-lebar deretan fakta yang bisa kita ubah menjadi referensi strategis dalam mempelajari kekurangan dan faktor kesalahan kita selama ini. Sesuatu yang mungkin akan sulit kita dapatkan jika dalam posisi dan kondisi sebaliknya. Dengan kata lain, Tuhan sedang memberi kesempatan kepada kita untuk kembali belajar, menempuh pendidikan 'program strata' kegagalan.

Dari sisi lain, Tuhan mengajari kita 'pelajaran' tingkat tinggi lainnya. Diambil dari filosofi kematian, maka Tuhan sebenarnya sedang menunjukkan kepada kita dan memberikan motivasi luhur. Betapa kematian sesungguhnya adalah titik pertemuan dari dua area yang selama ini terpisah, yaitu kehidupan dan kematian. Namun kemudian keduanya bersinergi (bersatu), semacam kolaborasi antara farewell party dan inauguration event. Kematian seperti momentum perpisahan seseorang dari alam duniawi dan sekaligus upacara resmi menyambut momentum seseorang memasuki dunia baru, yakni alam ukhrowi.

Dan ternyata Tuhan begitu ngotot kita harus dan wajib meyakini akan adanya 'kehidupan sesudah mati'. Akan adanya hari akhirat yang merupakan judgment days, yang di dalamnya terdapat 'paket' reward and punishment, seperti hari kebangkitan (yaumul ba'ts), hari perhitungan (yaumul hisab), hari pertimbangan (yaumul mizan), hingga penentuan surga-neraka, setelah sebelumnya didahului hari kiamat dan kehidupan di alam kubur (barzakh).

Ada apa di balik itu semua? Di balik ajaran Tuhan tentang "hidup sesudah mati" ini?

Ternyata Tuhan ingin memotivasi kegagalan kita dengan meng-qiyas-kan (menyamakan) antara kegagalan dengan kematian. Logika yang dipakai cukup sederhana. Dengan mewajibkan umat manusia untuk percaya kepada adanya kehidupan abadi sesudah kematian, maka Tuhan sesungguhnya mengingatkan kita bahwa kematian dan kegagalan berada pada satu rel. Yaitu agar kita memahaminya bahwa kematian dan kegagalan sama-sama bukanlah akhir dari segala-galanya. Kematian tidak 'berhak' membunuh kehidupan, karena justru akan ada kehidupan abadi setelah kematian itu sendiri. Demikian juga dengan kegagalan, ia sama sekali tak punya 'kompetensi' apalagi wewenang mengebiri dan menghentikan kesuksesan seseorang. Karena justru akan ada kesuksesan pasca kegagalan. Oleh Tuhan kita disuruh mempertahankan spirit dan semangat karena semua belum berakhir sama sekali, perjalanan menuju kehidupan dan kesuksesan lain masih panjang.

Karena itu, saudaraku tercinta, sekarang saatnya kita menerima kegagalan apapun dengan keluasan hati, dan melihatnya sebagai 'kesempatan emas' pemberian Tuhan yang masih menyayangi kita meski dalam bentuk yang berbeda. Tak ada kematian yang abadi, apalagi kegagalan. Keabadian hanya milik Tuhan, dan mungkin saja keabadian itu diabadikan dalam persahabatan antara kehidupan dan kesuksesan agar dapat dipelajari, dihayati, dan dipraktikkan oleh kita, para hamba-Nya.

Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bissawab.

Kamis, 11 November 2010

0 komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com