Pages

Jumat, 13 Agustus 2010

Semangat Semangkuk Bubur

Bagikan :

Apa daya, nasi sudah menjadi bubur.


Saudaraku tercinta,
Ungkapan di atas menunjukkan dua hal yang sering dipercayai banyak orang : pertama, bubur adalah simbol "keterlanjuran" yang tak bisa diperbaiki lagi. Sekali melangkah menghidangkan bubur, maka selamanya koki manapun di dunia ini tak ada yang sanggup meramu ulang menjadi nasi. Apalagi beras.

Dan kedua, menyadarkan kita bahwa sebuah penyesalan selalu hadir belakangan. Namun bukan berarti peluang kita untuk mengakhiri penyesalan tetap ada. Dengan kesadaran dan keterbukaan hati, kita akan selalu melihat hikmah di balik setiap peristiwa. Penyesalan memang penyesalan, terkadang menyisakan perasaan kecewa, marah, sakit hati, karena barangkali hasilnya sungguh tidak sesuai rencana dan tujuan.

Tetapi saudaraku tercinta, ternyata bubur bukan akhir dari usaha kita. Bubur memang tak akan pernah selamanya kembali menjadi nasi atau beras. Namun, bubur masih bisa kita manfaatkan sebagai peluang. Permintaan pasar kuliner terhadap nikmatnya sajian bubur masih tinggi, apalagi jika disantap di pagi hari, atau bagi mereka yang sedang terbaring sakit dan oleh dokter hanya diperbolehkan menyantap makanan lembut.

Artinya, penyesalan atas sebuah kegagalan atau kesalahan bukanlah "akhir kehidupan", bukan pula "kematian masa depan". Penyesalan justru adalah awal sejarah dari kehidupan baru. Dan jika suatu penyesalan disertai oleh kemauan untuk belajar dan mengevaluasi kesalahan atau kegagalan yang pernah terjadi, maka lengkaplah penyesalan itu menjadi KEKUATAN BARU.

Saudaraku tercinta, tetaplah semangat meski pernah mencatatkan kegagalan.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com