Pages

Sabtu, 06 Maret 2010

Bersahabat dengan Stress (3)

Bagikan :

Pernahkah kita mendengar ada orang lain berkata (entah kepada kita sendiri dalam bentuk nasehat atau kepada orang lain dan kita hanya dengerin aja) dan bunyinya begini: “Sudahlah, lupakan saja, yang lalu biar berlalu.” Atau yang ini, “Tidak usah dipikirkan itu, ntar stress lho.”

Sepintas mungkin kita pasti menganggap itu benar karena menganggap masalah yang muncul solusinya pasti “melupakan” atau mencegah untuk memikirkannya.

OK, deh. Dalam jangka pendek, solusi itu tepat, dan mungkin setelah itu hati kembali tenang, gembira, dan semangatnya pulih.

Lalu bagaimana jangka panjangnya? Nah ini dia baru ketahuan “belang”nya. Kok bisa? Ternyata cara-cara seperti itu sebenarnya justru termasuk tidak bersahabat dengan stress. Kenapa? Karena sebenarnya pilihan tersebut hanyalah “penghibur” sesaat, sedangkan stressnya sebenarnya belum hilang! Nah lho, kenapa bisa begitu ya?

Begini teman. Sekarang kita coba pake analogi (perumpamaan) : Bayangin dan rasakan stress itu ibarat bola karet (tau kan?) dan pikiran itu seperti sekumpulan air (mis. Air dalam bak mandi, ember, atau mungkin sekalian lautan aja..tergantung seberapa sering ngisinya sih). Nah, teman … kalimat-kalimat yang di atas tadi itu sebenarnya sama dengan bola karet tadi ditenggelamkan ke dalam air. Jika semakin dalam kita tekan, apa yang terjadi? Bola tadi justru semakin kencang melompat keluar dan sama sekali tidak bisa ditenggelamkan!

Artinya apa?? Persahabatan kita dengan stress justru mengajarkan kita untuk jangan sekali-kali berusaha untuk melupakan masalah atau sumber stressnya. Karena stress atau masalah itu dihadapi, bukan dihindari. Semakin kita melupakannya justru semakin mudah untuk diingat suatu saat. semakin kita menghindarinya, semakin kencang dia mengejar kita lho?

Mestinya gimana? Langkahnya begini :

1. PIKIRKAN dan INGAT-INGAT.

Tapi kan bikin emosi? Ntar sedih terus atau marah terus? Nah itu dia, sedih iya marah iya, dilampiaskan aja asal tetap terkontrol (jangan sampe pake acara ‘negatif-negatif’). Dengan kata lain, gunakan saja kesedihan dan amarah itu sebagai “media pelampiasan” daripada dipendam (padahal sebenarnya nggak) karena suatu saat akan muncul lagi (seperti bola karet tadi)

2. BERI NILAI/AMBIL PELAJARAN.

Saat semua emosi sudah dikeluarkan, saat itulah ingat-ingat untuk segera memberi nilai atau tanamkan hikmah dari masalah tersebut. Misalnya, “OK, deh, saya stress, ini pasti pelajaran buat saya supaya lebih hati-hati dan teliti.”

3. SETELAH ITU LUPAKAN

Nah, kalau sudah diberi nilai dan nilai itu ditanamkan kuat-kuat dalam hati, baru boleh dilupakan …

Sekarang tinggal pilih, mau jangka pendek atau jangka panjang?

Selamat memilih …

0 komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com